Selasa, 26 Januari 2010

BIOPORI

Air hujan sangat sayang jika dibiarkan mengalir ke sungai atau saluran air, sebab sebenarnya bisa ditampung sebagai persediaan air tanah. Oleh sebab itu inovasi sederhana yakni Lubang Resapan Air yang sering disebut Biopori dikembangkan oleh SMAN 2 Probolinggo. Sebagai icon sekolah yang berbasis pendidikan lingkungan SMAN 2 dapat dikatakan sukses dalam membuat suatu inovasi-inovasi yang berhubungan dengan lingkungan.

Disekolah kami terdapat hampir lebih dari 125 lubang resapan ais berpori ( Biopori) tandas Bapak Safi’udin selaku Kepala Sekolah SMAN 02 Kota Probolinggo. Lubang resapan biopori ini adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara (1) meningkatkan daya resapan air, (2) mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan), dan (3) memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman, dan mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan malaria.

Secara ilmiah Biopori adalah lubang yang dengan diameter 10 sampai 30 cm dengan panjang 30 sampai 100 cm yang ditutupi sampah organik yang berfungsi untuk menjebak air yang mengalir di sekitarnya sehingga dapat menjadi sumber cadangan air bagi air bawah tanah, tumbuhan di sekitarnya serta dapat juga membantu pelapukan sampah organik menjadi kompos yang bisa dipakai untuk pupuk tumbuh-tumbuhan.

Sebenarnya cara pembuatan biopori termasuk mudah hanya dengan menggunakan alat yang sederhana. Cara yang dilakukan oleh murid SMAN02 beserta para guru adalah membuat lubang silindris di tanah berdiameter 10-30 cm dan kedalaman 30-100 cm serta jarak antar lubang 50-100 cm dengan menggunakan alat sederhana berupa besi bor khusus untuk melubangi tanah. Kemudian tanah yang sudah dilubangi diberi pipa paralon untuk menahan lubang agar tidak tertutup tanah kembali. Setelah paralon dimasukkan kemudian Lubang diisi dengan sampah organik seperti daun, sampah dapur, ranting pohon, sampah makanan dapur non kimia, dsb. Sampah dalam lubang akan menyusut sehingga perlu diisi kembali dan di akhir musim kemarau dapat dikuras sebagai pupuk kompos alami. Jika sampah organik sudah dimasukkan maka dapat ditutup dengan beton atau semen dengan cetakan sesuai dengan keadaan semula namun diberi lubang2 kecil agar air dapat masuk kedalam lubang. Hal ini sangatlah penting dibuat agar aman jika terinjak.

Hal lain yang perlu diperhatikan menurut kepala sekolah safi’udin adalah dengan menghitung berdasarkan besar kecil hujan, laju resapan air dan wilayah yang tidak meresap air Sehingga wilayah lingkungan terutama aliran air dapat termanfaatkan sepenuhnya dan tidak terbuang dengan sia-sia.

Kegiatan pembuatan Biopori ini dilakukan secara merata oleh seluruh murid kelas 10,11 sampai 12 SMAN 02. Setiap kelas harus memiliki dan membuat paling tidak sekitar 25 lubang biopori. Ini memang suatu hal yang patut kita tiru dan terapkan disetiap lingkungan Kota Probolinggo baik di sekitar rumah, kantor, sekolah, di sekeliling pohon atau pada tanah kosong antar tanaman / batas tanaman dsb. Oleh sebab itu perlu kesadaran masyarakat tentang pencegahan banjir yang tidak harus dilakukan dengan cara yang rumit. Hanya dengan menggunakan alat pengebor dan pipa paralon teknologi ini cukup sederhana untuk diaplikasikan. Jika cara ini bisa diterapkan dengan baik dan merata, bukan tidak mungkin, debit air banjir bisa berkurang. Dan banjir bukan lagi mimpi buruk bagi warga Kota Probolinggo tercinta ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Boleh Kasih Masukan Disini???